Selasa, 12 Februari 2013


LPM UIN MALIKI MALANG MEMBIDANI LAHIRNYA 18 PESANTREN RAKYAT BARU

Hingar bingar pemilihan Rektor baru di lingkungan UIN Maliki Malang tidak merubah ritme dan semangat LPM UIN Maliki malang dalam mengembangkan dan memperluas jaringan pemberdayaan masyarakat melalui Basis Pesantren Rakyat. Bertempat di ruang rapat gedung Rektorat lantai 3 UIN Maliki Malang, tidak kurang dari 18 Pesantren rakyat kembali bermunculan di Jawa Timur.
Kegiatan yang diadakan  sebagai wadah silaturahim dan penguatan jejaring pesantren rakyat ini didampingi oleh Bapak M. Mahpur sebagai sekretaris LPM UIN Maliki malang. Ust Abdullah Sam yang sekaligu sebagai pendiri Pesatrenn Rakyat tidak hentinya mengucap syukur Alhamdulillah atas terselenggaranya kegiatan ini, tujuanya adalah lebih memasyarakatkan pola pendampingan masyarakat disegala bidang dengan pendekatan yang lebih humanis dan berbasis pada nilai-nilai universal Islam.
Dalam presentasinya Ust. Abdullah Sam menyampaikan bahwa model pesantren rakyat adalah menjadikan rakyat atau masyarakat itu sebagai pelaku sekaligus penerima manfaat dari program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Model ini jika disederhanakan dalam rumus pesantren rakyat adalah “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Lalu apakah nama yang harus digunakan harus menggunakan pesantren rakyat? Jawabnya adalah ‘Tidak’, yang perlu kami pertegas dalam forum ini adalah revitalisasi dan modeling pola pemberdayaan yang kita lakukan selama ini haruslah menjadi lebih baik. Sebagai contoh sederhana, saya mengharamkan setiap santri untuk membeli cabe atau bayem sampai terong yang tidak organik, terus solusinya bagaimana? kami bagikan benih-benih bayam, cabe maupun terong itu gratis kepada seluruh yang mau menanam disekitar rumahnya. Tujuan dari model ini adalah untuk meringankan biaya belanja masyarakat agar dapat digunakan untuk yang lain, selain itu manfaat lainya adalah membudayakan hidup sehat dengan makanan yang bebas dari bahan kimia. Lebih dari itu, model seperti ini juga untuk membangun mental kemandirian keluarga.
Moh. Mahpur, M.Si menambahkan bahwa setiap kelompok masyarakat selalu memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Nah, tugas kita melalui pesantren rakyat ini adalah menggali potensi tersebut untuk kemudian ditingkatkan menjadi sebuah potensi yang bernilai ekonomis untuk memberdayakan masyarakat. Saya membayangkan bahwa setiap orang yang hadir disini merupakan tokoh kreatif dalam setiap komunitasnya. Sebagai tokoh kreatif, kita tidak harus tampil didepan masyarakat namun ide kita lah yang harus selalu berkembang di masyarakat.
Dari beberapa peserta menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini sangat bagus untuk ditindak lanjuti, karena masyarakat sudah lama menanti adanya gerakan yang komprehensif dalam memberdayakan dan mengembangkan potensi mereka. Ust. Faisol sebagai salah satu pengasuh pesantren rakyat mengatakan bahwa pesantren model seperti ini adalah sebuah media untuk memanfaatkan energi para remaja agar dapat di alihkan ke hal-hal positif baik bagi mereka sendiri maupun bagi masyarakat sekitar.
Ketua LPM UIN Maliki Malang Dr. Hj. Mufidah Ch memberikan motivasi kepada para kader pesantren rakyat dengan pesan bahwa pesantren rakyat merupakan model pemberdayaan masyarakat yang berbasis pesantren pertama di Indonesia. Model yang digunakan dalam dakwahnya adalah merupakan implementasi konsep dakwah Walisongo, oleh karena itu saya menyebut dakwah ini dengan istilah “Neo Walisongo”. Spirit dari wali songo inilah kedepan akan mewarnai program-program posdaya berbasis pesantren rakyat yang bekerjasama dengan LPM UIN Maliki Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar